Pages

Jumat, 23 Januari 2015

Pengemis Alun-alun Kebumen

Oleh : Dwiki Dharmawan/145501873/I.R.E

Malam hari menjadi waktu yang mengasyikan untuk berkumpul bersama keluarga, teman, pacar, maupun rekan kerja. Nah, salah satu tempat yang asyik di daerah Kabupaten Kebumen untuk menghabiskan waktu malam bersama orang terdekat adalah di Alun-alun Kebumen.
            Alun-alun Kebumen yang berada di pusat kota, mudah dijangkau, terdapat aneka kuliner, & permainan anak menjadi tempat yang cocok untuk “nongkrong” bareng orang-orang terdekat.
            Namun terkadang, ketika kita sedang asyik bercengkrama, ngobrol, bermain, atau makan jajanan yang tersedia dia alun-alun, kita sedikit terganggu oleh kedatangan peminta-minta atau yang sering kita sebut pengemis.
            Sejauh ini, masih banyak ditemui peminta-minta yang terlihat “mengganggu” kenyamanan pengunjung yang tengha jajan. Bahkan, beberapa dari pengemis tidak segan memaksa pengunjug memberi uang koin, sebatang rokok, maupun makanan atau minuman yang sedang kita nikmati.
            “Sangat mengganggu, kalau tidak diberi mereka (pengamen) suka minta rokok. Ya gimana mau nggak ngasih, wong rokoknya saja sudah terlihat di atas meja,” kata salah seorang teman saya, Ringgo namanya, yang sedang “menikmati” malam di Alun-alun Kebumen sambil menyantap es buah Pak Tohir.
            Pengemis di sekitar Alun-Alun Kabupaten Kebumen biasanya tergolong masyarakat kelas bawah yang kegiatan sehari-harinya meminta-minta uang di tempat umum. Mencari belas kasihan dari banyak orang di tempat tempat umum. Meminta uang kepada orang-orang yang berada di kelas sosial yang berada di atas mereka. Pengemis dewasa ini, bukan lagi fenomena sosial dari orang-orang yang kekurangan akan tetapi sudah menjadi mata pencaharian bagi sebagian orang. Sehingga mengemis bukanlah pekerjaan yang tabu lagi. Kalau sudah menjadi mata pencaharian, secara tidak langsung akan terjadi generasi yang terus menerus sebagai pengemis.
           
Para pengunjung di sekitar kawasan Alun-alun Kabupaten Kebumen tentu saja merasa prihatin mengenai banyaknya pengemis yang “berkeliaran” di sini. Para pengemis ini seringkali terlihat berpakaian lusuh ketika sore hingga malam hari atau saat kawasan itu sedang ramai pengunjung, agar mendapat belas kasihan dari para pengunjung.
Kawasan Alun-alun Kabupaten Kebumen merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pekerjaan, hal ini dikarenakan Alun-alun kabupaten Kebumen adalah pusat keramaian. Tidak hanya pada hari libur kawasan ini mengalami keramaian, pada hari-hari kerja kawasan ini juga ramai pengunjung baik siang maupun malam. Keramaian ini didukung oleh adanya banyak pedangan kaki lima yang berjualan makanan dan minuman disana dengan harga yang terjangkau semua kalangan. Tak heran karena keramaian kawasan tersebut banyak orang yang mengais rejeki disana, seperti penjual mainan anak-anak, penjual stiker, penjual aksesoris, pengamen, juga pengemis. Sebut saja namanya Ibu WN, pengemis cacat yang berasal dari daerah pesisir Kebumen. Dia sudah mengemis di Alun-alun Kabupaten Kebumen selama dua tahun lebih, dan pada tiga tahun terakhir ini dia mengalami cacat fisik yaitu kelumpuhan pada kakinya. Tempat mengemis ibu Mawar berada di depan Pendopo Kabupaten Kebumen yang ada di kawasan Alun-alun kota Probolinggo. Jam kerjanya mulai dari jam 4 sore sampai menjelang jam 9 malam. Sekitar jam 8 dia akan berkeliling kawasan Alun-alun untuk meminta uang pada orang-orang yang berada disekitarnya.
            Mengemis adalah satu-satunya pekerjaan yang ibu WN lakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan ketiga orang anaknya yang tergolong masih anak-anak. Agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya tersebut, ibu WN rela untuk menjual harga dirinya dan “bekerja” sebagai seorang pengemis. Alasan ia mengemis, selain karena pekerjaan suaminya yang tidak dapat diandalkan pendapatannya, ia juga terdesak akan kebutuhannya untuk mengobati penyakit-penyakitnya. Berbeda dengan beberapa pengemis pada umumnya yang mana kebutuhan dasar mereka adalah untuk sekedar “mengisi perut”, tapi ibu WN sendiri lebih terdesak untuk mengobati sakit-sakitnya yang selalu kambuh setiap minggunya. Kebutuhan paling utama yang harus dia penuhi adalah obat. Dia bagaikan hidup seorang diri, padahal dia memiliki keluarga. Dia sangat berusaha keras sekali agar tidak merepotkan keluarga dengan penyakit yang di deritanya selaama ini. Dia ingin mengobati sakitnya ini menggunakan uang yang dia dapat dari hasil mengemis setiap harinya.
           
            Yang cukup membuat miris, terdapat juga pengemis yang masih berusia belia atau bisa disebut masih anak anak, walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Dan seperti bisa di duga, ada oknum orang dewasa yang memanfaatkan kepolosan mereka. Dalam pengamatan penulis, biasanya di dekat para pengemis anak-anak ini terdapat oknum laki -laki dewasa yang menunggui untuk mengawasi.

            Belum ada respon positif dari pemerintah Kabupaten Kebumen mengenai masalah penanggulagan pengemis di sekitar area Alun-alun Kabupaten Kebumen ini, walaupun sudah ada dasar hukum yang dapat digunakan Dinas Ketertiban untuk melakukan penertiban gelandangan dan pengemis yaitu Pasal 505 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Gelandangan dan Pengemis, namun penertiban tersebut belum juga terlaksana sampai saat ini.

0 komentar:

Posting Komentar