Pages

Minggu, 25 Januari 2015

IRONI LIMBAH BATIK

Oleh : Harto

Batik Kebumen sudah mulai dikenal di khayalak banyak. Motif batik Kebumen yang variatif dan penuh dengan warna yang khas menjadi daya tarik tersendiri bagi peminat batik. Ada dua wilayah di Kebumen yang terkenal sebagai daerah pengrajin batik. Dua wilayah tersebut adalah Tanuraksan, Gemeksekti dan Jemur, Pejagoan. Bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, dibalik sebuah kenyentrikan dan prestisnya karya seni selembar batik tulis, tersembunyi ironi pahit dari limbah sisa proses membuat batik itu sendiri.
Selain merupakan warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan, batik di era sekarang sudah tidak dipandang sebelah mata, melainkan sebagai sebuah karya ekslusif. Terbukti dengan melihat pangsa pasar yang ada. Harga kain batik di pasaran begitu variatif, mulai dari yang murah, medium sampai yang termahal menyentuh angka jutaan rupiah per lembar kain batiknya. Di Kebumen sendiri, khususnya di wilayah Tanuraksan, Desa Gemeksekti yang notabene merupakan daerah penghasil batik, mempunyai beberapa pengrajin batik yang tersebar. Saya (penulis) sempat berkunjung ke salah satu pengrajin batik di wilayah tersebut, yakni di sanggar batik Sekar Jagad milik Bapak Imron, mantan kepala desa Gemeksekti periode 2007-2012. Disana saya melihat proses dari awal sampai proses pewarnaan dan finishing. Sebagai orang awam, saya melihat proses membuat batik tulis memang membutuhkan ketelatenan, kesabaran dan sentuhan jiwa seni. Mungkin hal ini yang membuat harga batik tulis memiliki nilai jual yang tinggi. Di Sanggar Sekar Jagad sendiri harga kain batik termurah adalah Rp250.000,00 dan harga jual tertinggi menyentuh nominal jutaan rupiah.
Meruntut lebih jauh dalam porses pembuatan batik, khususnya batik tulis kebumen yang diproduksi oleh Sanggar Sekar Jagad cukup memakan waktu yang cukup lama, yakni sekitar satu bulan. Proses dimulai dari pembuatan pola di kain yang akan dibuat menjadi batik. Dilanjutkan dengan proses membatik itu sendiri. Bahan yang digunakan untuk membatik disebut malam, sedangkan alat untuk membatik banyak orang menyebutnya canting. Batik Kebumen memiliki banyak motif, yang khas dari batik kebumen ada tema flora dan fauna. Burung walet sebagai ikon kota Kebumen sering disematkan pada motif batik khas Kebumen. Sedangkan unsur flora sering digambarkan dalam motif bergambarkan pohon bambu.

Koleksi Batik Kebumen yang variatif

Menimbulkan Polusi
Dibalik dari keindahan dan prestisnya sebuah karya batik, di dukuh Tanuraksan sendiri menyimpan banyak ironi yang sampai saat ini belum terpecahkan. Salah satunya adalah limbah yang dihasilkan dari proses membatik menimbulkan dua polusi sekaligus. Yakni polusi udara dan polusi air. Polusi udara sudah jelas kentara dihasilkan dari limbah batik yang menghasilkan  bau yang kurang sedap mengganggu warga yang berada diseputaran lingkungan tersebut. Sedangkan polusi airi bisa terjadi karena kebanyakan pengrajin membuang hasil limbahnya ke aliran sungai tanpa menetralisirkan terlebih dahulu. Sehingga air sungai otomatis tercemari. Air sungai menjadi keruh dan berbau serta lebih membahayakannya lagi, air limbah tadi mencemari sumur resapan warga. Air sumur resapan bisa menjadi berubah warna menjadi kuning keruh, pahit dan getir dan tidak layak untuk dikonsumsi. Di sisi lain sumur adalah sumber penghidupan manusia untuk keperluan memasak dan mencuci atau keperluan lainya. Kita semua tau, jika limbah yang mengandung unsur kimia tersebut masuk kedalam tubuh kita, bisa menyebabkan kanker kulit, gangguan pencernaan serta menurunya daya tahan tubuh manusia sehingga mudah terjangkit penyakit. Jelas ini akan menimbulkan effect domino yang tidak berujung jika tidak segera disertai tindakan tegas dari pihak yang berwenang. Terlebih jika diperparah dengan kurangnya kesadaran serta kepedulian dari masyarakat setempat.
Kesadaran warga akan bahaya limbah masih sangat rendah

Sudah seharusnya pemerintah lebih serius lagi dalam menyikapi ironi diatas. Kerugian yang diakibatkan oleh limbah ini bersifat berkepanjangan. Dalam kaitanya penanganan limbah batik, pemerintah mungkin bisa mendanai alat untuk memproses limbah batik, agar bisa dinetralisirkan terlebih dahulu sebelum akhirnya dibuang. Selaian bantuan dari pihak pemerintah, peran serta masyarakat sekitar dalam hal ini juga sangat menentukan. Mulai dari kedisplinan warga menjaga kesehatan diri, mengolah limbah dengan benar, menjaga alam sekitar dan sanitasi yang lebih sehat lagi. Dibuntuti dengan pemeliharaan yang rutin, seperti misalnya mengadakan kerja bakti, membersihkan aliran sungai, membuang sampah pada tempatnya, dan tidak mencemari air sungai dengan kegiatan yang mengganggu estetika seperti melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai.  Diharapkan dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah sertai peran masyarakat untuk disiplin dan sadar akan kesehatan lingkungan, bisa menghasilkan kompleks hunian yang ideal. Usaha batik akan tetap lancar untuk terus menggerakan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa harus meninggalkan potret kelam dengan mewarisi bahaya limbah batik bagi generasi selanjutnya. Kita tidak bisa membayangkan jika hal ini dibiarkan terus menerus tanpa ada tindakan serius dari pihak yang berwenang dan dukungan masyarakat, bukan hal tidak mungkin batik hanya akan menjadi sebuah cerita. Untuk saat ini mungkin hal tersebut belum begitu dirasakan secara signifikan oleh warga, tetapi sepuluh atau dua puluh tahun mendatang anak cucu kita akan ikut merasakan kerugian dari limbah batik ini.  Mari selamatkan lingkungan dari limbah berbahaya, cobalah untuk peduli dan menjaga lingkungan dari kerusakan, karena bumi adalah tempat tinggal dan milik kita bersama, sudah semestinya kita juga harus menjaga bersama-sama. Mulai dari diri kita sendiri, lingkungan terdekat, dan mulailah dari sekarang juga. Salam hidup sehat!


Penulis : Harto
Mahasiswa semester I, STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN

0 komentar:

Posting Komentar