Pages

Minggu, 25 Januari 2015

Kenakalan Remaja Sekarang!



Oleh: Salista Kunti Nurmalasari/145501946/Manajemen I.R.E      

            Masa remaja adalah masa-masa dimana seseorang sedang berada dalam pencarian jati diri yang sebenarnya. Seseorang dikatakan remaja jika ia sudah menginjak usia 17 tahun. Dan dalam usia ini, seseorang mengalami masa yang dinamakan masa pubertas. Dimana pada masa-masa pubertas biasanya cenderung mempunyai banyak keinginan untuk mencoba segala sesuatu hal yang baru dalam hidupnya. Karena pada usia-usia inilah remaja mulai  muncul berbagai macam gejolak emosi yang tidak stabil dan mulai banyak timbul masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya yang harus diselesaikan oleh dirinya sendiri.
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit yang sangat memprihatinkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Kenakalan remaja yang tak pernah terputus dari zaman dahulu sampai sekarang, sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari yang terjadi semakin menjadi dan semakin rumit. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang dan canggih, arus informasi yang semakin mudah untuk diakses serta gaya hidup modernisasi. Disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat. Lebih parahnya lagi, berbagai kasus kenakalan remaja dinyatakan telah meresahkan masyarakat. Bentuk kenakalan remaja sangat banyak, misalnya: kasus pencurian, geng motor, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan dan bahkan pembunuhan. Kenakalan remaja kebanyakan dilakukan oleh mereka yang gagal dalam mengembangkan emosi jiwanya, baik pada masa remaja ataupun masa kanak-kanaknya. Masa remaja dan kanak-kanak berlangsung begitu singkat dan cepat, dengan perkembangan fisik, psikis dan emosi yang begitu cepat. Mereka tidak bisa menahan diri untuk menahan rasa ingin mencoba dalam dirinya terhadap hal-hal baru yang masuk ke dalam dirinya yang akhirnya akan menimbulkan sikap yang tidak seharusnya mereka lakukan.  Sejatinya, kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu mereka sedang berada dalam masa-masa transisi: anak menuju dewasa. Kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja. Seringkali kenakalan remaja terjadi karena ada trauma pada masa lalunya, seperti perlakuan kasar dan tidak menyenangkan, atau dari lingkungan seperti kondisi ekonomi yang membuatnya mereka merasa rendah diri. Namun pada kenyataannya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukumnya tanpa mengetahui atau mencari penyebab pelaku kenakalan remaja. Namun kontras dengan pemikiran tersebut,  pada kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini adalah kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran. Miris sekali!
Contoh kasus kenakalan remaja melakukan “Aborsi”:
Gaya hidup seks bebas berakibat pada kehamilan tidak dikehendaki yang sering dialami remaja putri. Karena takut akan sanksi sosial dan lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat sekitar, banyak pelajar hamil yang ambil jalan pintas: menggugurkan kandungannya. Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% (700-800 ribu)  dilakukan oleh remaja. Data yang sama juga disampaikan Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar, sebanyak 62,7% remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi (Kompas.com, 14/03/12).
Kenakalan remaja terjadi tidak jauh dari pengaruh globalisasi, terutama di bidang teknologi, serta westernisasi (budaya kebarat-baratan). Selain itu, banyak adegan-adegan pornografi yang ditayangkan dan dipertontonkan secara bebas di televisi ataupun situs-situs di internet telah menjadikan bentuk pendidikan nilai-nilai yang tidak sepantasnya dilakukan terhadap remaja. Mereka yang seharusnya diberikan asupan gizi yang baik, mendidik dan bermoral semisal berupa tontonan yang mendidik yang mencerminkan nasionalisme anak bangsa dan membangun karakter remaja yang baik kini telah diracuni dengan berbagai adegan-adegan berpacaran bahkan bentuk kegiatan seksual yang tidak layak untuk dipertontonkan secara bebas. Didikan  semacam itu ternyata sangat ampuh untuk membangun sebuah karakter setiap anak ataupun remaja.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti harus menata kembali emosi remaja yang sudah trauma dengan masa lalunya. Trauma-trauma dalam hidupnya harus segera diselesaikan dan mereka harus berada pada lingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya: tugas siapa itu semua? Orangtua kah? Sedangakan mereka terlalu sibuk dan pusing dengan pekerjaannya dan beban hidup lainnya. Pemerintah kah? atau siapa? Sulit untuk menjawabnya. Tetapi memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, membantu mengurangi kenakalan remaja. Menanggapi permasalahan tersebut, harus ada penanganan khusus, lebih serius dan berkesinambungan oleh berbagai elemen masyarakat. Pertama oleh keluarga atau orangtua, orangtua harus bisa mengembangkan karakter  anak dengan membangun jiwa anak dengan sifat-sifat yang penuh nilai-nilai kebaikan dan kepemimpinan. Peran keluarga sangatlah penting dalam mendidik anak sejak dini. Oleh karena itu orangtua harus dapat menjadi sang teladan atau contoh yang baik untuk anak-anaknya. Orangtua pun harus memiliki sifat yang baik pula yang dapat dijadikan teladan oleh anak. Karena ada sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Yang artinya, sifat atau kelakuan seorang anak tidak jauh berbeda dengan sifat atau kelakuan dari orangtuanya. Kedua dari pihak institusi seperti sekolah, sekolah yang kini ibaratnya menjadi rumah kedua bagi anak-anak harus mampu menciptakan budaya sekolah yang relevan dengan perkembangan psikis remaja: dengan pembentukan karakter yang positif. Misalnya, pendidikan anti kekerasan, menghindarkan murid pada budaya mencontek yang juga merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja bertaraf ringan. Disamping itu kita juga memberikan hadiah atau penghargaan terhadap prestasi siswa sangat diperlukan untuk menumbuhkan etos juang, semisal ucapan terima kasih atau pemberian pujian, serta bentuk pembelajaran tanggung jawab semisal minta maaf baik oleh siswa maupun guru apabila melakukan suatu kesalahan. Selain itu, pendidikan etika ataupun moral harus tetap diupayakan secara teoritis. Pendidikan pancasila, kewarganegaraan dan agama yang memuat nilai-nilai moral saat ini terkesan mulai ditinggalkan karena banyak siswa lebih tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu eksak ataupun sosial. Inilah tugas guru atau institusi yang bersangkutan untuk menjadikan mata pelajaran tersebut agar menarik lagi di mata siswa dan dapat dijadikan ramuan jiwa yang mujarab dalam pembentukan karakter remaja Indonesia. Terakhir, bersama semua pihak termasuk pemerintah dalam hal penanganan kenakalan remaja dan berbagai kebijakannya. Semoga kenakalan remaja tidak semakin menjadi, cukup menjadi kenakalan yang normal pada diri remaja dalam ‘menikmati’ masa remajanya. Semoga remaja Indonesia tumbuh menjadi remaja yang kelak mampu mempersembahkan kejayaan dengan karakter yang baik sehingga dapat mengangkat nama Indonesia dengan penerus-penerus bangsa yang lebih baik.


Penulis :
Salista Kunti Nurmalasari
Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Bangsa

0 komentar:

Posting Komentar