Oleh
Tiyan Fatkhurrokhman/145501960/Manajemen I.R.E
Sinetron adalah
kepanjangan dari Sinema Elektronik yang episodnya berkepanjangan atau yang
sering disebut dengan episode berkelanjutan, biasanya lanjutan atau episode
sinetron mencapai ratusan bahkan ribuan episode tergantung laris atau tidaknya
sinetron tersebut dan waktu tayangnya pun biasanya setiap hari. Dalam cerita
sinetron tersebut ada tokoh-tokoh atau artis
atau pemeran yang perannya berbeda-beda, ada yang baik, da nada pula
yang jahat, kedua peran inilah yang membuat sinetron menjadi panjang episodenya
bahkan selalu ditungu-tunggu oleh penonton. Semakin banyak konflik antar dua
peran tersebut semakin membuat para penonton semakin larut dalam tontonanya.
Cerita sinetron pun berfariasi , yang sering kita saksikan adalah cerita tentang
percintaan, kekerasan dalam rumah tangga, perebutan harta, perebutan jabatan,
bahkan sinetron terbaru mengambil ide cerita dari hewan.
Dampak
Sinetron
Dampak Positif:
Mendekatkan anak kepada
orang tua, apabila anak sedang menyaksikan televise terutama sinetron orang tua
harus selalu membimbing anaknya, orang tua harus memberi penjelasan dari apa
yang ditonton oleh sang anak, agar sang anak tidak sembarangan meniru adegan
yang sebenarnya tidak pantas ditiru.
Sebagai hiburan,
sinetron adalah salah satu sarana hiburan yang paling nikmat, bisa disaksikan
sambil kumpul dengan keluarga, bisa disaksikan sambil makan, menyeduh kopi atau
the atau minuman lainnya, bahkan dapat juga disaksikan ketika kita sedang bosan
bekerja atau belajar.
Dampak Negatif:
Membuat orang menjadi
pemalas, sinetron dirancang untuk membuat penontonnya menjadi penasaran, apa
sih kelanjutan kisahnya, inilah yang ditunggu-tunggu dan menyebabkan orang
tersebut malas atau enggan bangun dari tempat duduknya atau beranjak pergi dari
depan layar televise hanya untuk menyaksikan kelanjutan sinetron yang membuat
penasaran si penonton tersebut.
Mudah terbawa emosi,
seorang sutradara harus pintar membuat tontonan yang dapat membuat penontonnya
seperti mereka itu ikut terlibat di dalamnya. Missal sedang adegan sedih,
penonton ikut sedih sampai meneteskan air mata, adegan marah, penonton
seakan-akan ikut merasakan apa yang sedang si pemeran rasakan. Ini yang
berbahaya, mengapa berbahaya, biasanya orang-orang mudah terbawa dalam
kehidupan nyata sehari-hari
Lunturnya jati diri.
Kita sebagai penonton seakan-akan ingin mengikuti apa yang ada dalam sinetron
yang kita saksikan, missal para pemeran menggunakan pakaian yang menarik, kita
ikut-ikutan tanpa kita sadari mengapa kita ikuti tampilan pemeran itu.
Memberi contoh yang
tidak baik, ini hal yang sering saya rasakan, ini hal yang sering kita
obrolkan. Ada beberapa adegan, percakan di sinetron yang sebenarnya adegan atau
percakapan itu tidak pantas ditayangkan, tidak pantas dipublikasikan, apalagi
yang menyaksikan kebanyakan adalah para anak-anak di bawah umur dengan
usia-usia yang mahir meniru tanpa mereka sadari apa yang mereka tiru. Sebagai
contoh dalam beberapa serial sinetron yang sering kita jumpai, apa lagi
sinetron jaman sekarang yang selalu membuat kelompok lalu memusuhi kelompok
lain, dan dalam sinetron tersebut mereka seakan-akan sekolah tapi tidak memberi
contoh kepada kita bagai mana cara sekolah yang baik, yang sinetron itu
tunjukan adalah bagaimana caranya agar kelompok mereka itu menang atau unggul
dari kelompok lainnya dengan cara apapun. Cara pakaiannya pun tidak patut kita
tiru khususnya seragam putri yang roknya termasuk dalam rok mini, dan bajunya
pasti dikeluarkan serta dengan potongan rambut yang potongan rambut tersebut
tidak menunjukan anak sekolahan, potongan rambut gondrong, rambut dengan warna.
Ada adegan berkelahi antar kelompok, tanpa kita sadari adegan ini dapat ditiru
oleh penonton dan dapan diaplikasikan dalam kehidupan nyata seperti tawuran
antar pelajar dan lain-lain. Perkataan
dalam sinetron pun kini semakin tidak layak kita dengar terutama untuk
anak-anak di bawah umur, contoh “mari kita berkelahi”, “dasar kamu bodoh”, “akan
ku bunuh kau”, dan beberapa kata lain yang tidak layak dipublikasikan.
Untuk para orang tua
diharapkan mampu memberi tontonan yang baik untuk anak-anaknya, tontonannya pun
disesuaikan dengan umur si anak tersebut agar si anak tidak mengetahui hal yang
sebenarnya mereka belum harus menegtahuinya seperti pacaran, balapan liar,
berkelahi, berkata kotor dan lain-lain. Para orang tua apabila bingung apakan
acara ini pantas untuk anak saya atau tidak, bagaimana cara mengetahuinya?,
caranya mudah, lihat saja di pojok bawah kanan atau kiri layar televise,
biasanya bertuliskan R-BO = remaja, bombingan orang tua, R= remaja, D= dewasa,
SU= semua umur.
Kita hidup di Negara
yang berbeda-beda suku, agama, ras, bahasa, perilaku, dan lain-lain jadi
diharapkan ada tontonan atau acara televisi yang mengedepankan cara menghargai
perbedaan tersebut seperi yang tercantum dalam pancasila sila ke-3 yang
berbunyi Persatuan Indonesia. Acara televise jaman sekarang khususnya sinetron
hanya memejukan unsur menghibur bukan unsur mendidik, apakah ini yang kita
harapkan, apakah ini yang kita inginkan?. Hanya diri kita yang tahu jawabanya.
0 komentar:
Posting Komentar