Oleh : Harto
Batik
Kebumen sudah mulai dikenal di khayalak banyak. Motif batik Kebumen yang
variatif dan penuh dengan warna yang khas menjadi daya tarik tersendiri bagi
peminat batik. Ada dua wilayah di Kebumen yang terkenal sebagai daerah
pengrajin batik. Dua wilayah tersebut adalah Tanuraksan, Gemeksekti dan Jemur,
Pejagoan. Bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, dibalik sebuah
kenyentrikan dan prestisnya karya seni selembar batik tulis, tersembunyi ironi
pahit dari limbah sisa proses membuat batik itu sendiri.
Selain
merupakan warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan, batik di era
sekarang sudah tidak dipandang sebelah mata, melainkan sebagai sebuah karya
ekslusif. Terbukti dengan melihat pangsa pasar yang ada. Harga kain batik di
pasaran begitu variatif, mulai dari yang murah, medium sampai yang termahal
menyentuh angka jutaan rupiah per lembar kain batiknya. Di Kebumen sendiri, khususnya
di wilayah Tanuraksan, Desa Gemeksekti yang notabene merupakan daerah penghasil
batik, mempunyai beberapa pengrajin batik yang tersebar. Saya (penulis) sempat
berkunjung ke salah satu pengrajin batik di wilayah tersebut, yakni di sanggar
batik Sekar Jagad milik Bapak Imron, mantan kepala desa Gemeksekti periode
2007-2012. Disana saya melihat proses dari awal sampai proses pewarnaan dan
finishing. Sebagai orang awam, saya melihat proses membuat batik tulis memang
membutuhkan ketelatenan, kesabaran dan sentuhan jiwa seni. Mungkin hal ini yang
membuat harga batik tulis memiliki nilai jual yang tinggi. Di Sanggar Sekar
Jagad sendiri harga kain batik termurah adalah Rp250.000,00 dan harga jual
tertinggi menyentuh nominal jutaan rupiah.
Meruntut
lebih jauh dalam porses pembuatan batik, khususnya batik tulis kebumen yang
diproduksi oleh Sanggar Sekar Jagad cukup memakan waktu yang cukup lama, yakni
sekitar satu bulan. Proses dimulai dari pembuatan pola di kain yang akan dibuat
menjadi batik. Dilanjutkan dengan proses membatik itu sendiri. Bahan yang
digunakan untuk membatik disebut malam, sedangkan alat untuk membatik banyak
orang menyebutnya canting. Batik Kebumen memiliki banyak motif, yang khas dari
batik kebumen ada tema flora dan fauna. Burung walet sebagai ikon kota Kebumen
sering disematkan pada motif batik khas Kebumen. Sedangkan unsur flora sering
digambarkan dalam motif bergambarkan pohon bambu.
Koleksi Batik Kebumen yang variatif |
Menimbulkan
Polusi
Dibalik
dari keindahan dan prestisnya sebuah karya batik, di dukuh Tanuraksan sendiri
menyimpan banyak ironi yang sampai saat ini belum terpecahkan. Salah satunya
adalah limbah yang dihasilkan dari proses membatik menimbulkan dua polusi
sekaligus. Yakni polusi udara dan polusi air. Polusi udara sudah jelas kentara
dihasilkan dari limbah batik yang menghasilkan
bau yang kurang sedap mengganggu warga yang berada diseputaran
lingkungan tersebut. Sedangkan polusi airi bisa terjadi karena kebanyakan
pengrajin membuang hasil limbahnya ke aliran sungai tanpa menetralisirkan
terlebih dahulu. Sehingga air sungai otomatis tercemari. Air sungai menjadi
keruh dan berbau serta lebih membahayakannya lagi, air limbah tadi mencemari
sumur resapan warga. Air sumur resapan bisa menjadi berubah warna menjadi
kuning keruh, pahit dan getir dan tidak layak untuk dikonsumsi. Di sisi lain
sumur adalah sumber penghidupan manusia untuk keperluan memasak dan mencuci
atau keperluan lainya. Kita semua tau, jika limbah yang mengandung unsur kimia
tersebut masuk kedalam tubuh kita, bisa menyebabkan kanker kulit, gangguan
pencernaan serta menurunya daya tahan tubuh manusia sehingga mudah terjangkit
penyakit. Jelas ini akan menimbulkan effect domino yang tidak berujung jika
tidak segera disertai tindakan tegas dari pihak yang berwenang. Terlebih jika diperparah
dengan kurangnya kesadaran serta kepedulian dari masyarakat setempat.
Kesadaran warga akan bahaya limbah masih sangat rendah |
Sudah
seharusnya pemerintah lebih serius lagi dalam menyikapi ironi diatas. Kerugian
yang diakibatkan oleh limbah ini bersifat berkepanjangan. Dalam kaitanya
penanganan limbah batik, pemerintah mungkin bisa mendanai alat untuk memproses
limbah batik, agar bisa dinetralisirkan terlebih dahulu sebelum akhirnya
dibuang. Selaian bantuan dari pihak pemerintah, peran serta masyarakat sekitar
dalam hal ini juga sangat menentukan. Mulai dari kedisplinan warga menjaga
kesehatan diri, mengolah limbah dengan benar, menjaga alam sekitar dan sanitasi
yang lebih sehat lagi. Dibuntuti dengan pemeliharaan yang rutin, seperti
misalnya mengadakan kerja bakti, membersihkan aliran sungai, membuang sampah
pada tempatnya, dan tidak mencemari air sungai dengan kegiatan yang mengganggu
estetika seperti melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Diharapkan dengan adanya dukungan penuh dari
pemerintah sertai peran masyarakat untuk disiplin dan sadar akan kesehatan
lingkungan, bisa menghasilkan kompleks hunian yang ideal. Usaha batik akan
tetap lancar untuk terus menggerakan roda perekonomian dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tanpa harus meninggalkan potret kelam dengan mewarisi
bahaya limbah batik bagi generasi selanjutnya. Kita tidak bisa membayangkan
jika hal ini dibiarkan terus menerus tanpa ada tindakan serius dari pihak yang
berwenang dan dukungan masyarakat, bukan hal tidak mungkin batik hanya akan
menjadi sebuah cerita. Untuk saat ini mungkin hal tersebut belum begitu dirasakan
secara signifikan oleh warga, tetapi sepuluh atau dua puluh tahun mendatang
anak cucu kita akan ikut merasakan kerugian dari limbah batik ini. Mari selamatkan
lingkungan dari limbah berbahaya, cobalah untuk peduli dan menjaga lingkungan
dari kerusakan, karena bumi adalah tempat tinggal dan milik kita bersama, sudah
semestinya kita juga harus menjaga bersama-sama. Mulai dari diri kita sendiri,
lingkungan terdekat, dan mulailah dari sekarang juga. Salam hidup sehat!
Penulis : Harto
Mahasiswa semester I, STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN